Yahukimo, Olemah.com – Tim evakuasi masyarakat dari dua distrik, Anggruk dan Heriekpini, yang tergabung dalam RK_ANTROPAKOS, menggelar jumpa pers terkait kejadian tragis yang terjadi di Distrik Anggruk pada 21 Maret 2025 lalu. Dalam keterangannya, Ketua Tim Evakuasi Frengky Pusop menyampaikan bahwa pihaknya telah turun langsung ke lapangan sejak 27 Maret dan berhasil mengevakuasi masyarakat yang mengungsi ke hutan dan distrik-distrik tetangga.
6 April 2025 Frengky menuturkan bahwa saat tim tiba di lokasi, kedua distrik tersebut dalam keadaan kosong karena warga telah melarikan diri akibat insiden kekerasan yang terjadi. “Kami berhasil kumpulkan masyarakat dari 23 kampung — 12 desa di Distrik Anggruk dan 11 desa di Distrik Heriekpini — yang mengungsi ke hutan. Dalam proses pengungsian ini, kami temukan tiga korban jiwa, dua orang dewasa dan satu anak kecil, serta dua kelahiran bayi di lokasi pengungsian,” ujarnya.
Tim RK_ANTROPAKOS menetap di Anggruk selama dua minggu hingga masyarakat berhasil dikumpulkan kembali dan aktivitas mulai berjalan normal.
Dalam pernyataannya, Frengky sekaligus membantah isu yang beredar bahwa kepala suku dan tokoh masyarakat Yalimek telah menyetujui pembangunan pos militer di Anggruk. “Informasi yang beredar di grup WhatsApp maupun media sosial bahwa para kepala suku menyetujui pembangunan pos militer itu tidak benar. Kami tidak tahu-menahu soal itu dan kami dengan tegas menolaknya,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa wilayah Anggruk bukanlah daerah konflik, melainkan daerah injil yang damai, sehingga tidak layak menjadi lokasi pos militer.
Sementara itu, Kepala Suku Isak Salak juga menegaskan bahwa insiden pembunuhan terhadap guru dan tenaga kesehatan di Anggruk merupakan tindakan kriminal murni, bukan aksi kelompok TPNPB-OPM seperti yang sempat diklaim sejumlah pihak. “Pihak keamanan sudah turun membawa alat olah TKP, biarkan mereka bekerja sesuai prosedur untuk mencari pelaku yang sesungguhnya,” jelasnya.
Isak Salak juga meluruskan video yang sempat viral terkait dugaan pengiriman senjata menggunakan pesawat sipil oleh pemerintah. “Itu informasi yang keliru. Barang yang dibawa dalam pesawat adalah alat olah TKP, bukan senjata. Bahkan pilot sempat bertanya langsung kepada bupati dan penumpang untuk memastikan,” ungkapnya.
RK_ANTROPAKOS menyoroti penyebab utama terjadinya insiden tersebut adalah karena kekosongan kepemimpinan empat unsur penting, yaitu kepala distrik, kepala sekolah, kepala Pustu (puskesmas), dan kepala desa. Semua pejabat ini berada di kota tanpa alasan yang jelas, sehingga membuat kampung rentan terhadap kejadian tragis.
Untuk itu, pihaknya mendesak pemerintah agar lebih memprioritaskan penempatan tenaga pendidikan dan kesehatan dari putra-putri daerah sendiri. Ia juga meminta agar guru kontrak dan tenaga medis segera dikembalikan ke kampung untuk melanjutkan pelayanan.
Saat ini, masyarakat Anggruk sangat membutuhkan bantuan obat-obatan karena stok yang tersedia sudah habis. Pihak RK_ANTROPAKOS juga meminta agar subsidi penerbangan ke distrik-distrik, khususnya Anggruk, segera diaktifkan kembali karena situasi sudah kondusif.
(Penulis: Natan)
0 Komentar