Yahukimo,Olemah.com – Sebanyak 725 penambang emas tradisional bersama para penginjil di wilayah Korowai, Kabupaten Yahukimo, Papua, menyampaikan pernyataan bersama yang ditujukan kepada Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dan aparat TNI-Polri. Mereka meminta agar wilayah Kali Be hingga Pisang-Pisang di Kawe tidak dijadikan sasaran operasi militer, baik dari pihak TPNPB maupun aparat keamanan negara.
Pernyataan tersebut disampaikan menyusul insiden penembakan terhadap 16 warga asal Nusantara yang terjadi pada 6–9 April 2025 di area dulang emas Kali Silet dan Kali Kabur, wilayah Yahukimo. Aksi penembakan itu dilakukan oleh TPNPB Kodap 16 Yahukimo dengan tuduhan bahwa para korban merupakan mata-mata atau intelijen.
Namun, dalam pernyataan klarifikasi yang dibacakan pada Minggu (13/04/2025) di Minim 1, Korowai, para penginjil dan penambang emas menegaskan bahwa lokasi penembakan berbeda dari lokasi tempat mereka beraktivitas. Mereka menyampaikan bahwa wilayah dari Kali Be hingga Pisang-Pisang adalah daerah pelayanan gereja dan aktivitas masyarakat sipil, yang tidak berkaitan dengan insiden sebelumnya.
Kehidupan Sipil dan Pelayanan Gereja di Korowai
Dari total 725 orang yang beraktivitas di kawasan tersebut, terdiri atas 125 warga asal Nusantara (non-Papua) dan 600 warga Papua. Mereka menjalankan kegiatan sebagai penambang emas tradisional dan juga menerima pelayanan rohani dari para penginjil. Wilayah ini juga menjadi pusat kehidupan masyarakat yang terdiri dari laki-laki, perempuan, dan anak-anak.
Tengga Kogoya, seorang intelektual Korowai, menegaskan bahwa daerah itu bukan lokasi konflik bersenjata dan meminta semua pihak menghormati statusnya sebagai wilayah sipil.
“Kejadian kemarin itu beda lokasi. Tempat penginjilan kami jelas, dari batas Kali Be sampai Pisang-Pisang di Kawe. Kami beraktivitas seperti biasa. Mohon TPNPB dan TNI-Polri jangan masuk wilayah ini,” kata Tengga.
Seruan Damai dari Para Penginjil
Koiles Kogoya, penginjil pertama sekaligus koordinator penginjil gereja di wilayah Korowai, juga menyampaikan harapan agar semua pihak menjaga kedamaian wilayah tersebut.
“Daerah ini kita jaga bersama. Makan bersama, tinggal bersama. Ini tempat penginjilan, ada gereja, anak-anak, mama-mama. Ini bukan tempat perang. Jangan dengar isu-isu yang tidak jelas,” ucap Koiles Kogoya.
Ia menambahkan bahwa wilayah tersebut adalah tempat mencari nafkah bagi masyarakat lokal, sehingga penting bagi semua pihak untuk tidak mencampuradukkan wilayah sipil dengan operasi militer.
Harapan dari Warga Sipil
Sementara itu, Natan Selopole juga menyuarakan hal serupa. Ia menegaskan bahwa masyarakat di wilayah Korowai adalah warga sipil murni, dan permintaan agar operasi militer tidak dilakukan di sana sudah disepakati oleh semua pihak yang tinggal di kawasan tersebut.
“TPNPB sudah sampaikan lokasi kejadian yang jelas. Kami mohon kepada TNI-Polri dan TPNPB jangan masuk ke sini. Kami sudah sepakat, kami masyarakat sipil,” tegas Selopole.
Pernyataan kolektif ini mencerminkan keresahan dan harapan masyarakat sipil agar konflik bersenjata yang terjadi tidak menyentuh wilayah mereka yang damai dan menjadi tempat mencari penghidupan.
(Sumber Berita: Pers Rilis yang diterima media ini)
0 Komentar