Berita Terbaru

6/recent/ticker-posts

Taneti Maamau Kembali Terpilih sebagai Presiden Kiribati untuk Ketiga Kalinya, Hubungan dengan China Diprediksi Semakin Kuat

Jakarta, Olemah.com – Presiden Kiribati, Taneti Maamau, yang dalam beberapa tahun terakhir telah membangun hubungan yang semakin erat dengan China, berhasil memenangkan masa jabatan ketiganya pada Sabtu lalu. Dalam pemilihan yang dipantau secara ketat oleh berbagai negara, Maamau mengalahkan dua kandidat lainnya.

Menurut Komisaris Tinggi Selandia Baru di Kiribati, Maamau meraih sekitar 55% suara, sementara pesaing terdekatnya, Kaotitaaake Kokoria, mendapatkan 42% suara. Ketua Hakim Kiribati, Tetiro Semilota, menyatakan kemenangan Maamau dan memberikan ucapan selamat kepadanya.

Perdana Menteri Selandia Baru, Christopher Luxon, menjadi pemimpin internasional pertama yang mengucapkan selamat atas kemenangan Maamau. “Kami berharap dapat bekerja sama dengan Pemerintah Kiribati untuk mencapai prioritas bersama,” tulis Luxon di platform media sosial X.

Kiribati, yang sangat bergantung pada bantuan luar negeri, menghadapi beberapa isu utama menjelang pemilihan presiden, termasuk biaya hidup, kenaikan permukaan laut, dan hubungan dengan China. Hasil pemilihan ini dianggap sebagai dukungan warga Kiribati terhadap kebijakan yang telah dijalankan oleh pemerintahan Maamau dalam empat tahun terakhir, termasuk memperdalam hubungan dengan China.

Pada pemilihan parlemen Agustus lalu, Partai Tobwaan Kiribati (TKP) yang berkuasa memenangkan 33 dari 44 kursi di parlemen baru. Maamau juga berhasil meraih kursi dengan dukungan sekitar 83% suara di daerah pemilihannya.

Sejak memutus hubungan diplomatik dengan Taiwan dan beralih ke China pada 2019, Kiribati telah meningkatkan kerjasamanya dengan Beijing. Upaya pemerintahan Maamau untuk memperkuat hubungan keamanan dengan pemerintah China telah memicu kekhawatiran dari Australia dan Amerika Serikat.

Pada tahun 2021, China membantu Kiribati merenovasi landasan udara era Perang Dunia II di Pulau Kanton, yang jaraknya kurang dari 3.000 kilometer dari Hawaii dan Atol Kwajalein di Kepulauan Marshall, tempat pangkalan militer utama AS berada. Selain itu, pada bulan Februari, Komisaris Polisi Kiribati yang bertindak, Eeri Aritiera, mengungkapkan bahwa polisi China akan membantu program kepolisian komunitas dan departemen IT Kiribati, menimbulkan kekhawatiran dari AS bahwa kerja sama ini dapat mengancam kedaulatan Kiribati.

Para analis menyatakan bahwa ambisi China untuk memperluas pengaruh ekonomi dan keamanan di wilayah Pasifik menyebabkan Australia dan AS khawatir akan peningkatan hubungan keamanan antara Beijing dan negara-negara Kepulauan Pasifik. "Masih belum jelas bagaimana kerja sama kepolisian ini akan berkembang pada masa jabatan Maamau berikutnya, namun tampaknya keterlibatan China tidak akan berhenti atau berkurang," ujar Meg Keen, peneliti senior di Lowy Institute di Australia.

Namun, Henryk Szadziewski, pakar hubungan Pasifik-China dari University of Hawaii, menyatakan bahwa upaya Kiribati untuk mempererat hubungan dengan China tidak boleh dipandang hanya dari sisi persaingan. “Ekonomi Kiribati sangat bergantung pada pariwisata dan perikanan, dan China telah berinvestasi dalam proyek infrastruktur untuk sektor-sektor tersebut,” kata Szadziewski melalui sambungan telepon dengan VOA.

Pada acara perayaan lima tahun pemulihan hubungan diplomatik antara China dan Kiribati, Duta Besar China untuk Kiribati, Zhou Limin, menyatakan bahwa hubungan kedua negara semakin kuat dan berkomitmen untuk meningkatkan sinergi di masa depan.

Blake Johnson, analis senior di Australian Strategic Policy Institute, memperkirakan bahwa pemilihan umum di negara-negara Pasifik akan meningkatkan aktivitas diplomasi dan persaingan geopolitik antara negara-negara tersebut. (Yanto)


Posting Komentar

0 Komentar