Pertemuan ini merupakan pertemuan pertama G7 yang dikhususkan untuk masalah pertahanan dan berlangsung beberapa hari setelah pasukan Israel membunuh pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, yang dianggap beberapa pemimpin Barat sebagai momen penting dalam upaya mengakhiri konflik di Gaza.
Italia, yang memegang presidensi G7 untuk 2024, juga menghadapi sejumlah tantangan global lainnya seperti agresi Rusia di Ukraina, aktivitas militer Tiongkok di sekitar Taiwan, serta ketegangan di perbatasan antara Korea Utara dan Korea Selatan.
"Agresi brutal Rusia di Ukraina dan situasi kritis di Timur Tengah, ditambah dengan ketidakstabilan yang mendalam di wilayah sub-Sahara Afrika serta meningkatnya ketegangan di kawasan Indo-Pasifik, menunjukkan kerangka keamanan yang semakin memburuk," ujar Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto dalam pidato pembukaannya.
Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov, turut hadir dalam pertemuan tersebut di kota Naples, Italia bagian selatan, di mana diskusi tentang perkembangan terbaru di negaranya dijadwalkan berlangsung.
Crosetto memperingatkan bahwa proyeksi jangka pendek untuk keamanan global "tidak bisa dikatakan positif." Ia juga menegaskan bahwa ketegangan global ini dipicu oleh benturan antara "dua pandangan dunia yang berbeda, mungkin tidak kompatibel."
Pandangan Dunia yang Berbeda
Menurut Crosetto, di satu sisi terdapat negara-negara dan organisasi yang percaya pada tatanan dunia berbasis hukum internasional, sementara di sisi lain terdapat pihak-pihak yang "secara sistematis tidak menghormati demokrasi untuk mencapai tujuan mereka, termasuk dengan penggunaan kekuatan militer secara sengaja."
Selain Italia, G7 mencakup Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, dan Jepang, dengan perwakilan dari Uni Eropa dan NATO juga turut hadir dalam pertemuan ini.
Diplomat tinggi Uni Eropa, Josep Borrell, menyerukan gencatan senjata di Gaza dan Lebanon serta pembebasan sandera Israel yang masih ditahan oleh Hamas. Ia menekankan bahwa kematian Sinwar harus dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk menghentikan permusuhan.
Borrell juga meminta agar misi perdamaian PBB di Lebanon dihormati, setelah baru-baru ini menjadi target serangan Israel. Ia mengatakan bahwa misi UNIFIL, yang berada di Lebanon selatan untuk memantau permusuhan di sepanjang garis demarkasi dengan Israel, mungkin akan dievaluasi ulang oleh Dewan Keamanan PBB.
"Itu akan menjadi keputusan Dewan Keamanan PBB, dan beberapa anggota pertemuan [G7] ini adalah anggota penting Dewan Keamanan," tambahnya.
Italia sendiri merupakan kontributor utama untuk UNIFIL yang berbasis di Lebanon selatan. Serangan Israel telah memicu kemarahan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, yang pada Jumat (18/10/2024) mengunjungi Lebanon dan Yordania. (Wawan)
0 Komentar