Luis Kabak menyatakan bahwa minat baca di Dekai sangat rendah, terutama karena anak-anak lebih memilih bermain ponsel dibandingkan membaca buku. "Ini sangat bergantung pada orang tua yang selalu mengikuti keinginan anak-anak, sehingga mereka menjadi malas belajar mandiri dan lebih mengandalkan Google. Akhirnya, anak-anak sulit untuk mandiri," ujar Kabak.
Aktivitas Dekai Boxs sangat dipengaruhi oleh minat baca masyarakat dan cuaca. "Dalam satu hari, jumlah peminat baca bisa bervariasi, kadang banyak, kadang sedikit," tambahnya.
Buku-buku di Dekai Boxs diperoleh dari sumbangan teman-teman pengurus dan komunitas. "Kami berdiri sendiri, tetapi jika pemerintah ingin bekerja sama untuk mencerdaskan anak-anak Yahukimo, kami siap," kata Kabak. Dekai Boxs memiliki anggota lebih dari 10 orang yang tersebar di Makassar, Jayapura, Yogyakarta, dan Bali.
Harapannya, semakin banyak anak-anak yang membaca, semakin baik gerakan literasi di tanah Papua. "Kita harus mulai belajar. Harapan ke depan, anak Papua harus banyak membaca. Semakin banyak membaca, otak kita akan berpikir dengan baik. Jika hanya terus melihat media sosial, yang kita temui banyak hoaks," tutup Kabak.
Dengan adanya Dekai Boxs, diharapkan minat baca anak-anak di Kabupaten Yahukimo dapat meningkat, sehingga generasi mendatang bisa lebih mandiri dan cerdas. (Malik)
0 Komentar