Kehidupan Bersama al-Baghdadi
Pada musim panas 2014, Umm Hudaifa tinggal di Kota Raqqa, basis ISIS di Suriah, bersama al-Baghdadi. Sebagai buronan pemimpin kelompok jihad ekstremis, al-Baghdadi sering berpindah tempat. Suatu hari, ia mengirim pengawalnya untuk menjemput dua anak mereka dengan alasan belajar berenang.
"Dia mengatakan kepada saya bahwa mereka akan melakukan perjalanan untuk mengajak anak-anaknya belajar berenang," kata Umm Hudaifa. Saat suaminya tidak di rumah, Umm Hudaifa menyalakan televisi secara sembunyi-sembunyi, meskipun dilarang oleh suaminya sejak 2007. Beberapa hari kemudian, ia melihat al-Baghdadi berpidato di Masjid Agung al-Nuri di Mosul, Irak utara, menunjukkan dirinya sebagai pemimpin ISIS untuk pertama kalinya.
Tuduhan Terlibat dalam Kekejaman ISIS
Umm Hudaifa, yang lahir pada 1976 dari keluarga konservatif dan menyelesaikan studi Syariah di Universitas Baghdad, menggambarkan dirinya sebagai korban yang berusaha melarikan diri dari suaminya. Namun, pengakuannya bertolak belakang dengan gugatan pengadilan yang diajukan oleh sejumlah perempuan Yazidi yang menuduhnya terlibat dalam kasus perbudakan seksual.
Para perempuan Yazidi menuduh Umm Hudaifa terlibat dalam perbudakan seksual terhadap perempuan muda yang diculik. Dalam wawancara, Umm Hudaifa mengaku tidak mengerti tentang kekerasan yang dilakukan ISIS dan menggambarkan tindakan mereka sebagai "sangat mengejutkan, tidak manusiawi".
Kehidupan Setelah Kejatuhan ISIS
Setelah kekalahan ISIS, Umm Hudaifa melarikan diri ke Turki dengan identitas palsu sebelum akhirnya ditangkap pada 2018 dan dikirim kembali ke Irak pada Februari tahun ini. Kini, ia ditahan di penjara Baghdad sementara pihak berwenang menyelidiki perannya dalam ISIS.
Putri sulungnya, Umaima, berada di penjara bersamanya, sementara putri lainnya, Fatima, berada di pusat penahanan remaja. Salah satu putranya tewas dalam serangan udara Rusia di Suriah, yang lainnya meninggal bersama al-Baghdadi di terowongan tempat persembunyiannya, dan anak bungsunya berada di panti asuhan.
Penutup
Saat wawancara berakhir, Umm Hudaifa mengangkat kepalanya sejenak, memperlihatkan sebagian wajahnya yang tertutup. Ekspresinya tidak menunjukkan emosi apapun. Kini, ia harus menunggu untuk mengetahui apakah ia akan menghadapi tuntutan pidana atas perannya dalam ISIS.
0 Komentar