Berita Terbaru

6/recent/ticker-posts

Dolar AS Menguat, Rupiah Melemah Akibat Ketegangan Politik di Timur Tengah

 Jakarta, Olemah.com - Dolar AS menguat dan menyebabkan nilai tukar rupiah melemah pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu, 29 Mei 2024. Nilai tukar rupiah turun 70 poin menjadi Rp 16.160 per dolar AS, setelah pada pekan lalu ditutup menguat tipis pada level Rp 15.995 per dolar AS.

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyatakan bahwa pelemahan rupiah ini dipicu oleh meningkatnya ketegangan politik di Timur Tengah, khususnya konflik antara Palestina dan Israel. "Setiap eskalasi akan memicu volatilitas pasar keuangan," kata Ibrahim dalam keterangan tertulisnya.

Selain itu, kekhawatiran akan melonjaknya harga minyak akibat konflik di Timur Tengah turut berkontribusi pada peningkatan inflasi. Timur Tengah adalah salah satu wilayah pemasok minyak bumi terbesar di dunia, sehingga setiap gejolak di wilayah tersebut dapat berdampak signifikan pada harga minyak global. Inflasi yang naik akan sulit diturunkan hingga target yang diharapkan, dan kenaikan harga minyak dapat mempengaruhi defisit APBN, mengingat masih adanya subsidi BBM dalam anggaran negara.

Kondisi semakin memanas setelah militer Israel mengklaim tidak bersalah atas serangan ke kamp Rafah. Otoritas kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 20 orang tewas akibat tembakan tank, meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.

Faktor eksternal lainnya termasuk melemahnya permintaan untuk penjualan surat utang AS bertenor dua dan lima tahun, setelah data menunjukkan peningkatan kepercayaan konsumen AS pada bulan Mei, yang tak terduga setelah memburuk selama tiga bulan berturut-turut. Data ekonomi AS yang lebih baik dari perkiraan pada kuartal pertama menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda penurunan besar di berbagai bidang, seperti pasar tenaga kerja.

Data pada hari Selasa juga menunjukkan kekhawatiran terhadap inflasi masih ada, dengan banyak rumah tangga memperkirakan tingkat suku bunga yang lebih tinggi pada tahun depan. Presiden Bank Sentral Federal Minneapolis, Neel Kashkari, menyatakan pada hari Selasa bahwa bank sentral AS (The Fed) harus menunggu kemajuan signifikan dalam inflasi sebelum memangkas suku bunga. Meskipun inflasi harga konsumen pada bulan April menunjukkan kenaikan harga kurang dari perkiraan, para pejabat The Fed menegaskan bahwa mereka ingin melihat kemajuan beberapa bulan lagi sebelum melakukan pelonggaran kebijakan.

Di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) terus memperkuat koordinasi dengan semua otoritas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan ekonomi global. Menurut Ibrahim, perekonomian terus melambat akibat inflasi yang tinggi, dipengaruhi oleh krisis invasi Rusia ke Ukraina dan krisis di Timur Tengah antara Israel dan Hamas (Palestina) yang semakin memanas. BI terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.(Malik)







Posting Komentar

0 Komentar