Wamena, Olemah.com - Pada tanggal 20 April 1954, seorang misionaris bernama Myron Bromley bergabung dengan sekelompok rekannya untuk melakukan sebuah misi berani ke lembah Sungai Baliem di Papua, yang pada waktu itu berada di bawah pemerintahan Belanda. Bersama dengan rekannya, Lloyd Van Stone, Al Lewis, Ed Ulrich, dan Elisa Gobai, mereka berangkat menuju lembah Baliem, sebuah wilayah yang saat itu hanya memiliki sedikit interaksi dengan dunia luar.
Perjalanan para misionaris ini tidaklah mudah. Mereka diterima dengan doa-doa dari orang-orang di seluruh dunia, karena tak seorang pun tahu bagaimana mereka akan diterima oleh suku Dani yang tinggal di lembah Baliem - sebagai teman atau musuh.
Berani dan penuh keyakinan, Myron Bromley dan rekan-rekannya memulai perjalanan mereka. Meskipun sebagian besar misionaris berasal dari Amerika, Elisa Gobai, seorang wanita Papua, juga bergabung dengan mereka. Hal ini menjadi perhatian khusus karena Elisa memiliki ikatan etnis yang lebih dekat dengan suku Dani di lembah Baliem.
Perjalanan mereka terhenti oleh tantangan-tantangan besar. Namun, melalui ketekunan dan ketabahan, dan di bawah pengawasan Tuhan Yang Maha Esa, pesawat mereka berhasil mendarat di satu-satunya tempat yang memungkinkan, di tengah lembah Sungai Baliem. Ini menjadi bukti nyata bagaimana Tuhan mengatur setiap peristiwa dalam hidup kita.
Setibanya di lembah Baliem, para misionaris disambut oleh suku Dani yang terbuka. Dengan bantuan Myron Bromley sebagai ahli bahasa, mereka memulai proses belajar bahasa setempat dan berbagi kabar baik tentang Yesus Kristus. Melalui kerja keras dan dedikasi mereka, pesan damai dan kasih dari Tuhan dapat disampaikan kepada suku Dani, yang sebelumnya hidup dalam ketakutan dan penyembahan kepada roh nenek moyang.
Peristiwa bersejarah ini diperingati oleh pemerintah dan masyarakat dengan sebuah perayaan besar-besaran. Ini menjadi momen penting untuk mengenang perjalanan panjang dalam upaya membangun kedamaian, persatuan, dan kemajuan di wilayah yang beragam ini.
Dalam 70 tahun berlalu, banyak hal telah berubah. Namun, semangat untuk membangun masyarakat yang sehat dan damai tetap menjadi tujuan utama. Doa dan harapan pun diarahkan untuk masyarakat indah di lembah Baliem, agar terus bersatu dalam keberagaman dan mengalami kemajuan dalam pendidikan, kesehatan, dan pembangunan masyarakat.
Saat ini, kita juga menghormati Myron Bromley dan semua misionaris lainnya yang telah mengabdikan hidup mereka untuk membawa kabar baik kepada orang-orang di seluruh dunia, termasuk suku-suku di Papua. Semoga semangat mereka terus menginspirasi kita untuk berbuat baik dan memberikan kontribusi positif dalam masyarakat kita, di mana pun kita berada.(Malik)
0 Komentar