Artikel diedit dan dipublikasikan oleh Berita lelemuku pada tanggal 07 Februari 202
ANKARA, LELEMUKU.COM - Sedikitnya 2.300 orang meninggal dalam gempa bumi dahsyat yang meluluhlantakkan Turki Senin diri hari (6/1). Besarnya jumlah korban diduga karena sebagian besar warga sedang tertidur lelap dan tidak dapat menyelamatkan diri ketika gedung-gedung apartemen dan rumah mereka diguncang gempa dan ambruk.
Pusat gempa berada di utara ibu kota provinsi Gaziantep, di dekat perbatasan Turki-Suriah itu diikuti oleh gempa berkekuatan 7,5 sekitar 100 kilometer sebelah timur, pada siang hari, dan dirasakan hingga ke Suriah, Mesir dan Lebanon.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan sedikitnya 2.800 bangunan runtuh.“Karena upaya pembersihan puing-puing masih berlanjut di banyak bangunan di zona gempa, kami tidak tahu sampai seberapa tinggi jumlah korban tewas dan terluka akan meningkat,” kata Erdogan.
Para pejabat kesehatan Suriah mengatakan sedikitnya 430 orang tewas di daerah-daerah yang dikuasai pemerintah, sementara para petugas penyelamat mengatakan sedikitnya 225 lainnya tewas di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak.
Gempa itu menghancurkan Kastil Gaziantep yang bersejarah dan banyak bangunan bersejarah lainnya di daerah itu.
Nurhan Kiral, warga kota Mersin, Turki, mengatakan kepada VOA bahwa gempa itu berlangsung selama sekitar satu menit. “Kami terbangun karena getaran dan keluar dari tempat tidur. Puing-puing jatuh dari cerobong asap, dari ruang kosong di antara bangunan-bangunan. Sangat menakutkan,” kata Kiral.
Syrian American Medical Society (organisasi profesional nirlaba yang mewakili ribuan profesional medis Suriah-Amerika) mengatakan rumah sakit-rumah sakitnya di Suriah “kewalahan dengan pasien yang memenuhi lorong-lorong.”
“Banyak rumah sakit penuh, tetapi beberapa fasilitas penting, termasuk Rumah Sakit Al Dana harus mengevakuasi pasien setelah mengalami kerusakan parah akibat gempa,” kata organisasi itu dalam sebuah pernyataan. “Begitu pula Rumah Sakit Bersalin Idleb yang terpaksa memindahkan semua bayi yang baru lahir ke sebuah rumah sakit di dekatnya.”
Bantuan internasional
Uni Eropa mengatakan pihaknya mengirimkan tim-tim penyelamat ke kawasan, dengan awak dari Bulgaria, Kroasia, Republik Ceko, Prancis, Yunani, Hongaria, Malta, Belanda, Polandia dan Rumania.
“Pikiran kami bersama dengan mereka yang telah kehilangan orang-orang tercinta dan petugas tanggapan pertama yang pemberani yang bekerja untuk menyelamatkan jiwa,” kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Joseph Borrell dan Komisaris Manajemen Krisis Janez Lenarčič dalam pernyataan bersama.
Juru bicara Komisi Uni Eropa Balazs Ujvari mengatakan blok yang beranggotakan 27 negara itu telah memobilisasi tim SAR mereka.
“Turki telah mengaktifkan mekanisme perlindungan sipil Uni Eropa dan Uni Eropa segera menanggapi hal itu. Kami telah memobilisasi lebih dari 10 tim SAR urban dari sejumlah negara anggota. Yaitu Bulgaria, Kroasia, Czechia, Prancis, Yunani, Belanda, Polandia dan Romania, yang akan mendukung tim SAR Turki di lapangan. Sebagai tambahan, Hongaria, Italia, Spanyol, Malta dan Slovakia juga telah menawarkan bantuan mereka.”
Tim penyelamat “White Helmet” dan mereka yang selamat di Northern Suriah juga berupaya menemukan dan mengevakuasi warga yang masih terjebak puing reruntuhan. Kota-kota seperti Aleppo dan Hama, serta daerah yang diduduki kelompok pemberontak di barat daya merupakan sebagian kota yang luluh lantak karena gempa itu.
Turki terletak di salah satu zona gempa bumi paling aktif di dunia.
Pada tahun 1999, 17 ribu orang tewas sewaktu gempa berkekuatan 7,4, yang terburuk melanda Turki dalam puluhan tahun, terjadi di dekat Duzce, di bagian barat laut negara itu.
Pada Oktober 2022, gempa berkekuatan 7,0 melanda Laut Aegea, menewaskan 116 orang dan melukai lebih dari 1.000 lainnya. Semua, kecuali dua korban, berada di Izmir, Turki. [uh/lt], (VOA)
0 Komentar