Artikel diedit dan dipublikasikan oleh Redaksi lelemuku pada tanggal 01 Januari 2023
WASHINGTON, LELEMUKU.COM - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO bertemu dengan pejabat China pada Jumat, 30 Desember 2022. Pertemuan itu membahas tentang lonjakan kasus COVID-19.
Dalam pertemuan tersebut, WHO mendesak pejabat China berbagi data sehingga negara lain dapat merespons secara efektif. Peningkatan infeksi di China telah memicu kekhawatiran di seluruh dunia dan pertanyaan tentang pelaporan datanya. Angka resmi yang diklaim pemerintah China tentang kasus Covid-19 dan kematian rendah sementara rumah sakit dan kamar mayat kewalahan.
Pembicaraan itu terjadi setelah kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak Beijing untuk lebih terbuka mengenai situasi pandemi di negara terpadat di dunia itu. Badan kesehatan PBB mengatakan pertemuan itu untuk mencari informasi lebih lanjut tentang situasi tersebut, dan untuk menawarkan keahlian dan dukungan lebih lanjut.
Pejabat dari Komisi Kesehatan Nasional China dan Administrasi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Nasional menjelaskan kepada WHO tentang strategi dan tindakan China yang berkembang dalam epidemiologi, pemantauan varian, vaksinasi, perawatan klinis, komunikasi dan penelitian serta pengembangan virus Corona.
"WHO kembali meminta untuk berbagi data spesifik dan real-time secara teratur tentang situasi epidemiologi - termasuk lebih banyak data pengurutan genetik, data tentang dampak penyakit termasuk rawat inap, rawat inap di unit perawatan intensif, dan kematian," kata Tedros.
WHO meminta data vaksinasi yang diberikan dan status vaksinasi, terutama pada orang yang rentan dan mereka yang berusia di atas 60 tahun. "WHO menegaskan kembali pentingnya vaksinasi dan pemacu untuk melindungi dari penyakit parah dan kematian bagi orang yang berisiko lebih tinggi. WHO meminta China untuk memperkuat pengurutan virus, manajemen klinis, dan penilaian dampak, serta menyatakan kesediaan untuk memberikan dukungan di bidang ini, komunikasi risiko tentang vaksinasi untuk melawan keragu-raguan," kata WHO.
Badan PBB tersebut mengatakan para ilmuwan China diundang untuk terlibat lebih dekat dalam jaringan pakar COVID-19 yang dipimpin WHO. Mereka diminta mempresentasikan data terperinci pada pertemuan kelompok penasehat evolusi virus pada hari Selasa. "WHO menekankan pentingnya pemantauan dan publikasi data yang tepat waktu untuk membantu China dan komunitas global merumuskan penilaian risiko yang akurat dan menginformasikan tanggapan yang efektif," katanya.
China mengakhiri kebijakan nol-Covid pada Desember 2022. China akan mengakhiri karantina wajib bagi orang-orang yang tiba di negara itu dan telah mengabaikan langkah-langkah ketat untuk menahan virus Corona.
Akibat kebijakan ini, terjadi lonjakan kasus di China hampir tepat tiga tahun sejak infeksi pertama tercatat di kota Wuhan di China pada akhir 2019. Tedros telah meminta China untuk berbagi data dan melakukan studi yang diminta oleh WHO untuk lebih memahami dari mana asal virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit COVID-19. (Tempo)
0 Komentar